A. Pengertian Kerja Keras
Kerja berarti kegiatan melakukan sesuatu atau sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Kerja yang dilakukan oleh manusia bertujuan untuk memperoleh makanan, pakaian, jaminan, dan kebahagiaan hidupnya.
Kerja berarti kegiatan melakukan sesuatu atau sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Kerja yang dilakukan oleh manusia bertujuan untuk memperoleh makanan, pakaian, jaminan, dan kebahagiaan hidupnya.
B.
Pengertian Bertanggung jawab
Tanggung
jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat
sesuatu sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya
C. Dalil Tentang Bekerja Keras dan Bertanggung jawab
Tiap-tiap manusia sebagai
makhluk Alloh bertanggung jawab atas perbuatannya. Firman Alloh SWT :
Tiap-tiap diri ( individu )
bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. ( QS.al-Mudatstsir, 74: 38)
Dari ayat
diatas, tampak bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang bartanggung
jawab. Disebut demikian karena manusia, selain merupakan makhluk individual
dan makhluk sosial, juga merupakan
makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang sangat besar untuk bertanggung
jawab mengingat bahwa manusia memegang beberapa peranan dalam konteks sosial,
individual, ataupun teologis.
Kerja keras artinya
melakukan sesuatu untuk mencari nafkah dengan sungguh-sungguh. Kerja keras
untuk mencapai tujuan atau prestasi sebaiknya disertai dengan berserah diri
(tawakal) kepada Allah swt., baik untuk kepentingan dunia maupun akhirat.
Firman Allah swt.:
Firman Allah swt.:
Artinya:
”Dan carilah (pahala) negeriakhiratdengan apa yangtelah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”. (Surah Al-Qasas [28]: 77).
”Dan carilah (pahala) negeriakhiratdengan apa yangtelah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”. (Surah Al-Qasas [28]: 77).
Perintah untukbekerja, berkarya, dan mencari rezeki yang halal dinyatakan
dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi. Firman Allah saw.:
Artinya:
“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Surah At-Taubah [9]:105).
Hadis Nabi Muhamamd saw. :
“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Surah At-Taubah [9]:105).
Hadis Nabi Muhamamd saw. :
Artinya:
“Dari miqdam r.a. berkata : Nabi Muhammad saw. bersabda: “Tidak satu pun makanan yang dimakan seseorang lebih baik daripada kerja tangannya. Sesungguhnya Nabi Daud makan dari hasil kerja tangannya”. (H.R. Bukhari )
“Dari miqdam r.a. berkata : Nabi Muhammad saw. bersabda: “Tidak satu pun makanan yang dimakan seseorang lebih baik daripada kerja tangannya. Sesungguhnya Nabi Daud makan dari hasil kerja tangannya”. (H.R. Bukhari )
D. Jenis-jenis tanggung jawab
1. Tanggung
jawab kepada Alloh
Tanggung
jawab kepada Alloh menuntut kesadaran manusia untuk memenuhi kewajiban dan
pengabdiannya kepada Alloh SWT. Sebagai makhluk ciptaan Alloh SWT manusia harus
bersyukur atas karuniaNya yang telah menciptakan, memmberi rizki dan selalu
memberikan yang terbaik untuk makhlukNya. Karena itu manusia wajib mengabdi
kepada Alloh SWT sesuai firman Alloh SWT :
“Tidaklah aku jadikan jin dan
manusia, melainkan supaya mereka itu
menyembah kepada-Ku.(QS.az-Zariyat, 51:56).
Menyembah
itu mengabdi kepada Alloh SWT , sebagai wujud tanggung jawab kepada Alloh.
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa tanggung jawab erat kaitannya dengan
kewajiban. Kewajiban merupakan sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang.
Namun Alloh hanya memberikan beban kepada seseorang disesuaikan dengan
kemampuannya. Firan Alloh SWT :
“ Alloh tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa ( dari kejahatan yang dikerjakannya).(
QS.al-Baqarah, 2:286)
Dalam
kehidupan sehari-hari manusia solat sesuai dengan perintah Alloh SWT. Apabila
manusia tidak solat maka ia harus mempertanggung jawabkan kelalaiannya itu di
akhirat nanti.
2. Tanggung jawab kepada
keluarga
Masyarakat
yang terkecil adalah keluarga. Keluarga adalah ayah ibu, anak-anak, dan juga
orang-orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib
bertanggung jawab terhadap keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik
keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan,
pendidikan dan kehidupan. Tanggung jawab kepada keluarga ini menuntut tiap
anggota keluarga untuk mempunyai kesadaran dalam hal tanggung jawab. Misalnya
seorang ayah mempunyai tanggung jawab yang sangat besar yaitu untuk melindungi
dan menghidupi istri dan anak-anaknya dengan seluruh kemampuannya, seorang ayah
yang baik tidak akan pernah lari dari tanggung jawabnya untuk membahagiakan
keluarganya. Sama halnya dengan seorang ibu, ibu mempunyai tanggung jawab yang sangat penting
yaitu mengurus suami dan anak-anaknya dengan semua tenaga dan pikirannya,
seorang ibu juga bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi
anak yang soleh dan solehah. Seorang anakpun juga mempunyai tanggung jawab yang
besar kepada keluarga terutama kedua orang tuanya yaitu dengan
membahagiakannya, dengan sungguh-sungguh belajar, menjaga nama baik keluarga
dan berusaha dengan sungguh-sungguh mengoptimalkan potensi sehingga bisa
membuat kedua orang tua bangga dengan apa yang kita lakukan.
Dari semua pemaparan di atas, jadi
sangat jelas bahwa setiap anggota keluarga mempunyai tanggung jawab
masing-masing yang harus dilakukan untuk menjaga nama baik keluarga.
3. Tanggung jawab kepada
masyarakat
Manusia
merupakan makhluk sosial, manusia merupakan anggota masyarakat. Oleh karena itu
dalam berfikir, berbicara dan bertingkah laku, manusia terikat oleh masyarakat.
Manusia terikat akan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Oleh sebab itu
semua tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan manusia sebagai anggota
masyarakat harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.Misalnya di dalam
masyarakat di sekita kiita tinggal sedang mengadakan kerja bakti dan kita
dengan sengaja tidak ikut berpartisipasi di dalamnya, maka kita harus
mempertanggung jawabkan perbuatan kita itu. Akibatnya kita harus siap apabila
akan terjadi ketidak nyamanan dalam hubungan dengan masysrakat sekitar,
misalnya kita akan menjadi bahan omongan masyarakat sekitar dan jika memang ada
sanksi yang telah disepakati bersama misalnya dengan membayar denda karena
tidak ikut berpartisipasi, maka kita harus bertanggung jawab dalam hal ini
yaitu dengan membayar dan berusaha untuk mengikuti kegiatan yang ada dalam
masyarakat sekitar.
Dari
situlah kita tau bahwa tanggung jawab kita sebagai anggota masysrakat bukan
sekedar wacana saja tetapi juga dalam hal perbuatan kita harus bertanggung
jawab. Contoh lain ketika mmenjadi aparatur desa yang dipilih oleh masyarakat
aka harus dengan kesadaran untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut dengan sepenuh
hati dan ikhlas, yaitu dengan cara bekerja secara optimal sebagai aparatur desa
yang jujur dan bertanggung jawab akan tuga-tugasnya.
Tiap-tiap
anggota masyarakat juga mempunyai tanggung jawab yaitu saling menjaga kerukunan
dan keharmonisan antar anggota masyarakat.
4. Tanggung jawab kepada
Bangsa Negara
Suatu
kenyataan bahwa seorang manusia merupakan warga negara suatu negara. Manusia
terikat dengan norma-nora atau peraturan, hukum yang dibuat oleh suatu negara tersebut jadi seseorang tidak bisa
berbuat sesuai kemauannya sendiri. Apabila perbuatan seseorang itu salah dan
melanggar aturan yang ada dalam negaranya maka harus dipertanggung jawabkan
kepada negara. Misalnya seorang pejabat pemerintahan, mempunyai tanggung jawab
untuk mengatur dan mengelola pemerintahan yang telah dipercayakan kepadanya,
akan tetapi ketika seorang pejebat tersebut melakukan korupsi maka ia juga
harus mempertanggung jawabkan perbuatannya kepada pemerintaha, yaitu dengan
diproses secara hukum dan harus memoertangung jawabkan perbuatannya di dalam
penjara. Sebabagai warga negara yang baik kita memiliki tanggung jawab untuk
menjaga nama baik negara kita, berusaha untuk memajukan negara kita yaitu
sebagai pelajar kita harus terus menuntut ilu untuk kepentingan kemajuan bangsa
kita dari segi pendidikan. Sebagai warga negara kita juga mempunyai tanggung
jawab untuk mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah.
E. Cara
bekerja yang baik
Cara bekerja yang baik sesuai dengan
ajaran Islam antara lain :
1. Menanamkan
keimanan yang kuat agar tidak mudah tergoda oleh bisikan setan saat menjalankan
suatu pekerjaan.
2. Menanamkan
kesabaran yang kuat agar tidak tergesa-gesa, karena setiap pekerjaan harus
dikerjakan dengan tekun dan teliti agar memperoleh hasil yang baik.
3. Yakin
dalam hati bahwa pekerjaan yang baik sesuai ajaran Islam termasuk ibadah,
sehingga dapat bersungguh-sungguh dan sepenuh hati dalam bekerja.
F. Ciri orang yang
memiliki semangat kerja
Orang yang memiliki semangat kerja
akan terlihat berbeda dengan orang tidak memiliki semangat kerja. Ciri-ciri
orang yang memiliki semangat kerja diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Kerja
keras dan teliti
2. Menghargai
waktu
3. Orientasi
ke masa depan
4. Bertanggung
jawab
5. Hemat
dan sederhana
6. Adanya
iklim kompetisi/bersaing secara jujur
dan sehat
G. Contoh
Sikap Tanggung Jawab
Contoh Sikap tanggung jawab di lingkungan Rumah
·
Seorang ayah
bertanggung jawab membiayai dan menghidup
·
keluarga
·
Tugas utama
seorang ayah adalah mencari nafkah
·
Kedudukan
ayah di rumah adalah kepala keluarga
·
Seorang ibu
bertanggung jawab mengurus rumah tangga
·
Tugas utama
ibu adalah mengurus keperluan ayah dan anak-anaknya
·
Kedudukan
ibu di rumah adalah ibu rumah tangga
·
Seorang anak
bertanggung jawab untuk belajar dengan sungguh-sungguh
·
Tugas anak
di rumah adalah membatu orang tua
·
Kedudukan
anak dalam keluarga adalah anggota rumah tangga
Contoh sikap tanggung jawab di lingkungan sekolah
·
Memperhatikan
guru saat menjelaskan materi pelajaran.
·
Mengerjakan
latihan dan ulangan dengan sungguh-sungguh
·
Piket kelas
·
Membuang
sampah pada tempatnya
·
Menjaga
kebersihan lingkungan sekolah
Contoh sikap tanggung jawab di lingkungan masyarakat
·
Mengikuti
kerja bakti atau gotong royong bersama masyarakat
·
Menjaga
ketertiban dan keamanan dengan mengikuti ronda malam
·
Menjaga
kebersihan dan kenyamanan lingkungan masyarakat
H. Perilaku yang mencerminkan kerja
keras
Perilaku orang yang mencerminkan kerja keras antara lain :
1. Bersungguh-sungguh
dalam mengerjakan sesuatu agar meraih hasil yang maksimal.
2. Mengerjakan tugas
selalu tepat waktu.
3. Menjalankan tugas
sebaik-baiknya yang menjadi tanggung jawab.
I. Dalam mewujudkan nilai-nilai ibadah dalam bekerja yang dilakukan oleh setiap insan, diperlukan adab dan etika yang membingkainya, sehingga nilai-nilai luhur tersebut tidak hilang sia-sia. Diantara adab dan etika bekerja dalam Islam adalah :
1. Bekerja dengan ikhlas karena Allah Shubhanahu Wata’ala
Ini merupakan hal dan landasan terpenting bagi seorang yang bekerja. Artinya ketika bekerja, niatan utamanya adalah karena
Allah. Ia sadar, bahwa bekerja adalah kewajiban dari Allah yang harus dilakukan oleh setiap hamba. Ia faham bahwa memberikan
nafkah kepada diri dan keluarga adalah kewajiban dari Allah. Ia pun mengetahui, bahwa hanya dengan bekerjalah ia dapat menunaikan kewajiban-kewajiban Islam yang lainnya, seperti zakat, infak dan shodaqah. Sehingga ia selalu memulai aktivitas pekerjaannya dengan dzikir kepada Allah.
Ini merupakan hal dan landasan terpenting bagi seorang yang bekerja. Artinya ketika bekerja, niatan utamanya adalah karena
Allah. Ia sadar, bahwa bekerja adalah kewajiban dari Allah yang harus dilakukan oleh setiap hamba. Ia faham bahwa memberikan
nafkah kepada diri dan keluarga adalah kewajiban dari Allah. Ia pun mengetahui, bahwa hanya dengan bekerjalah ia dapat menunaikan kewajiban-kewajiban Islam yang lainnya, seperti zakat, infak dan shodaqah. Sehingga ia selalu memulai aktivitas pekerjaannya dengan dzikir kepada Allah.
2. Itqon, tekun dan sungguh-sungguh dalam bekerja
Implementasi dari keikhlasan dalam bekerja adalah itqon (profesional) dalam pekerjaannya. Ia sadar bahwa kehadiran tepat pada waktunya, menyelesaikan apa yang sudah menjadi kewajibannya secara tuntas. Dalam sebuah hadits, riwayat Aisyah ra, bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, dia itqan (baca ; menyempurnakan) dalam pekerjaannya.” (HR. Thabrani).
Implementasi dari keikhlasan dalam bekerja adalah itqon (profesional) dalam pekerjaannya. Ia sadar bahwa kehadiran tepat pada waktunya, menyelesaikan apa yang sudah menjadi kewajibannya secara tuntas. Dalam sebuah hadits, riwayat Aisyah ra, bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, dia itqan (baca ; menyempurnakan) dalam pekerjaannya.” (HR. Thabrani).
3. Jujur dan amanah
Etika lain dari bekerja dalam Islam adalah jujur dan amanah. Karena pada hakekatnya pekerjaan yang dilakukannya tersebut merupakan amanah, baik secara duniawi dari atasannya atau pemilik usaha, maupun secara duniawi dari Allah yang akan dimintai pertanggung jawaban atas pekerjaan yang dilakukannya. Dalam hadits riwayat Imam Turmudzi : Dari Abu Said Al-Khudri ra, beliau berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Pedagang yang jujur lagi dipercaya (amanah) akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada’.
Etika lain dari bekerja dalam Islam adalah jujur dan amanah. Karena pada hakekatnya pekerjaan yang dilakukannya tersebut merupakan amanah, baik secara duniawi dari atasannya atau pemilik usaha, maupun secara duniawi dari Allah yang akan dimintai pertanggung jawaban atas pekerjaan yang dilakukannya. Dalam hadits riwayat Imam Turmudzi : Dari Abu Said Al-Khudri ra, beliau berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Pedagang yang jujur lagi dipercaya (amanah) akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada’.
4. Menjaga etika sebagai seorang muslim
Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seorang muslim, seperti etika dalam berbicara, menegur, berpakaian, bergaul, makan, minum, berhadapan dengan customer, rapat, dan sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini merupakan ciri kesempurnaan iman seorang mukmin. Dalam sebuah hadits Rasulullah mengatakan, “Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya.” (HR. Turmudzi).
Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seorang muslim, seperti etika dalam berbicara, menegur, berpakaian, bergaul, makan, minum, berhadapan dengan customer, rapat, dan sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini merupakan ciri kesempurnaan iman seorang mukmin. Dalam sebuah hadits Rasulullah mengatakan, “Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya.” (HR. Turmudzi).
5. Tidak melanggar prinsip-prinsip syariah.
Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh melanggar prinsip-prinsip syariah dalam pekerjaan yang dilakukannya. Tidak melanggar prinsip syariah ini dapat dibagi menjadi beberapa hal, Pertama dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya, seperti memporduksi barang yang haram, menyebarluaskan kefasadan. Kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan, seperti tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki dengan perempuan, membuat fitnah dalam persaingan dsb. Pelanggaran-pelanggaran terhadap prinsip syariah, selain mengakibatkan dosa dan menjadi tidak berkahnya harta, juga dapat menghilangkan pahala amal shaleh kita dalam bekerja. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya dan janganlah kalian membatalkan amal perbuatan/ pekerjaan kalian.” (QS. 47 : 33).
Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh melanggar prinsip-prinsip syariah dalam pekerjaan yang dilakukannya. Tidak melanggar prinsip syariah ini dapat dibagi menjadi beberapa hal, Pertama dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya, seperti memporduksi barang yang haram, menyebarluaskan kefasadan. Kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan, seperti tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki dengan perempuan, membuat fitnah dalam persaingan dsb. Pelanggaran-pelanggaran terhadap prinsip syariah, selain mengakibatkan dosa dan menjadi tidak berkahnya harta, juga dapat menghilangkan pahala amal shaleh kita dalam bekerja. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya dan janganlah kalian membatalkan amal perbuatan/ pekerjaan kalian.” (QS. 47 : 33).
6. Menghindari syubhat
Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat atau sesuatu yang meragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya. Oleh karena itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan ini. Dalam sebuah hadits Rasulullah
bersabda, “Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara-perkara yang syubhat. Maka barang
siapa yang terjerumus dalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang diharamkan.” (HR. Muslim)
Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat atau sesuatu yang meragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya. Oleh karena itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan ini. Dalam sebuah hadits Rasulullah
bersabda, “Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara-perkara yang syubhat. Maka barang
siapa yang terjerumus dalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang diharamkan.” (HR. Muslim)
7. Menjaga ukhuwah Islamiyah.
Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah islamiyah antara sesama muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha melahirkan perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin. Rasulullah sendiri mengemukakan tentang hal
yang bersifat prefentif agar tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin. Beliau mengemukakan, “Dan janganlah kalian menjual barang yang sudah dijual kepada saudara kalian” (HR. Muslim). Karena jika terjadi kontradiktif dari hadits di
atas, tentu akan merenggangkan juga ukhuwah Islamiyah diantara mereka; saling curiga, su’udzon dan sebagainya. Karena masalah pekerjaan atau bisnis yang menghasilkan uang, akan sangat sensitif bagi palakunya. Kaum Anshar dan Muhajirin yang secara sifat, karakter, background dan pola pandangnya sangat berbeda telah memberikan contoh sangat positif bagi kita; yaitu ukhuwah islamiyah. Salah seorang sahabat Anshar bahkan mengatakan kepada Muhajirin, jika kamu mau, saya akan bagi dua seluruh kekayaan saya; rumah, harta, kendaraan, bahkan (yang sangat pribadipun direlakan), yaitu istri. Hal ini terjadi lantaran ukhuwah antara mereka yang demikian kokohnya.
Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah islamiyah antara sesama muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha melahirkan perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin. Rasulullah sendiri mengemukakan tentang hal
yang bersifat prefentif agar tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin. Beliau mengemukakan, “Dan janganlah kalian menjual barang yang sudah dijual kepada saudara kalian” (HR. Muslim). Karena jika terjadi kontradiktif dari hadits di
atas, tentu akan merenggangkan juga ukhuwah Islamiyah diantara mereka; saling curiga, su’udzon dan sebagainya. Karena masalah pekerjaan atau bisnis yang menghasilkan uang, akan sangat sensitif bagi palakunya. Kaum Anshar dan Muhajirin yang secara sifat, karakter, background dan pola pandangnya sangat berbeda telah memberikan contoh sangat positif bagi kita; yaitu ukhuwah islamiyah. Salah seorang sahabat Anshar bahkan mengatakan kepada Muhajirin, jika kamu mau, saya akan bagi dua seluruh kekayaan saya; rumah, harta, kendaraan, bahkan (yang sangat pribadipun direlakan), yaitu istri. Hal ini terjadi lantaran ukhuwah antara mereka yang demikian kokohnya.
Seorang pribadi muslim yang mendapatkan amanah untuk menghidupkan iman dalam bentuk amal shaleh, tidak mungkin membuang waktu tanpa manfaat.
BalasHapusLukQQ
Situs Ceme Online
Agen DominoQQ Terbaik
Bandar Poker Indonesia